Di era media sosial, berbagai istilah dan tren baru bermunculan setiap hari.
Namun, tak banyak yang menimbulkan kekhawatiran sebesar istilah "ibu almond" sebuah label yang awalnya terdengar ringan, namun menyimpan persoalan serius terkait pola asuh, hubungan anak dengan makanan, dan citra tubuh.
Di balik video lucu dan meme yang viral, tersimpan realita yang memerlukan perhatian orang tua masa kini.
Istilah ini mulai dikenal luas setelah cuplikan video lawas dari Yolanda Hadid, mantan model ternama, beredar kembali di platform video pendek. Dalam video tersebut, ia menyarankan anak perempuannya untuk hanya makan "beberapa butir almond dan kunyah dengan baik" saat merasa lapar. Video itu dengan cepat menjadi viral dan dijadikan simbol dari pola makan ketat dan penuh kontrol.
Awalnya dianggap sebagai lelucon, namun tak butuh waktu lama hingga publik mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar candaan. Kreator konten mulai membuat parodi dan sketsa dengan kalimat seperti, "Apa Anda benar-benar lapar, atau hanya bosan?", membuka diskusi soal bagaimana perilaku makan penuh aturan ini ternyata umum ditemukan dalam lingkungan keluarga.
Kontrol Ketat Terhadap Makanan Anak
"Ibu almond" umumnya menggambarkan sosok orang tua, terutama ibu dari kalangan menengah ke atas, yang sangat terobsesi dengan makanan sehat, rendah kalori, dan penampilan langsing. Walau menjaga pola makan tentu penting, para ahli gizi menegaskan bahwa sikap terlalu ketat justru bisa memberikan dampak negatif pada perkembangan anak.
Mereka kerap membatasi porsi makan anak, mengomentari berat badan, atau melarang konsumsi camilan yang dianggap "berat". Perlakuan seperti ini bisa membuat anak merasa bersalah saat lapar, bahkan menyebabkan mereka kehilangan kemampuan mengenali sinyal tubuh mereka sendiri.
Fokus pada Penampilan, Bukan Kesehatan
Dalam banyak kasus, anak-anak diarahkan untuk berolahraga bukan untuk kesehatan atau kesenangan, melainkan demi menjaga bentuk tubuh. Pesan yang tersirat dari pola asuh ini adalah penampilan lebih penting daripada perasaan. Anak-anak pun tumbuh dengan persepsi keliru bahwa nilai diri mereka ditentukan dari bentuk tubuh, bukan karakter atau kesehatan mereka.
Selebriti dan Media Sosial Memperkuat Fenomena Ini
Selain Yolanda Hadid, sejumlah figur publik juga turut membentuk budaya ini. Misalnya, Gwyneth Paltrow, yang dikenal mempromosikan pola makan sangat ketat. Meski belakangan dirinya mengakui bahwa pendekatan tersebut tidak selalu sehat, pengaruhnya tetap menyebar luas di kalangan penggemarnya.
Media sosial memperkuat tren ini melalui video makan dengan porsi sangat kecil, hingga parodi ibu-ibu yang "obsesif" dengan makanan organik atau sehat. Sayangnya, hal ini sering disalahartikan sebagai standar ideal, terutama oleh generasi muda yang masih membentuk identitas diri.
Risiko Gangguan Mental dan Fisik
Pakar kesehatan memperingatkan bahwa paparan terus-menerus terhadap pembatasan makan sejak kecil bisa menimbulkan gangguan seperti kecemasan, rendah diri, dan hubungan tidak sehat dengan makanan. Menurut ahli gizi Dr. Jillian Greaves, memperlakukan makanan sebagai sesuatu yang "baik" atau "buruk" dapat menciptakan tekanan psikologis yang berkepanjangan.
Tekanan Sosial Memperparah Situasi
Dengan adanya media sosial, tekanan untuk tampil sempurna semakin besar. Ketika pola kontrol makan yang ketat diperlihatkan di rumah, anak-anak akan lebih mudah merasa tertekan, ragu terhadap dirinya sendiri, dan memiliki pandangan keliru soal kesehatan sejati.
Dukung Anak dengan Pendekatan yang Lembut dan Positif
Psikolog anak Dr. Rachel Millner menyarankan agar orang tua membimbing anak untuk mendengarkan tubuhnya sendiri. Fokus utama sebaiknya pada pemenuhan kebutuhan gizi dan keseimbangan, bukan pada pembatasan. Makanan tidak seharusnya menjadi sumber rasa bersalah, melainkan sarana untuk tumbuh dan berkembang.
Ciptakan Lingkungan Keluarga yang Sehat dan Bahagia
Orang tua dianjurkan untuk menjadi contoh positif. Jadikan makanan sebagai bagian dari kebersamaan keluarga yang menyenangkan, bukan medan perang. Penting juga untuk menghindari komentar yang mengarah pada bentuk tubuh, baik pada anak sendiri maupun orang lain.
Ubah Narasi: Kesehatan Lebih Penting dari Penampilan
Kini saatnya orang tua mengambil peran aktif dalam membentuk generasi yang kuat secara mental dan sehat secara fisik. Dengan mengedepankan cinta, penerimaan diri, dan keseimbangan, anak-anak dapat tumbuh dengan rasa percaya diri yang kokoh dan pandangan sehat terhadap makanan.
Tren "ibu almond" memang berasal dari konten lucu di dunia maya, namun fenomena ini mencerminkan persoalan yang nyata di tengah keluarga modern. Bagi para orang tua masa kini yang hidup di tengah derasnya informasi soal gaya hidup sehat, penting untuk memilah mana yang benar-benar bermanfaat, dan mana yang justru bisa berdampak buruk.
Mendampingi anak untuk mencintai tubuhnya, menikmati makanan tanpa rasa bersalah, dan memahami bahwa kesehatan bukan sekadar angka di timbangan adalah hadiah terbaik yang bisa diberikan oleh orang tua. Alih-alih fokus pada citra, mari fokus pada cinta, kesehatan, dan kebahagiaan.