Hai, Lykkers! Pernah nggak Anda mengalami momen aneh di mana hati terasa bahagia tapi juga sedih di saat yang sama?


Atau tubuh Anda terasa tenang, namun pikiran justru siaga penuh? Kedengarannya membingungkan, ya? Tapi tenang saja, Anda tidak sendirian! Dan yang paling menarik, ilmu saraf membuktikan bahwa hal ini benar-benar nyata.


Jadi, hari ini kami ingin mengajak Anda menyelami satu pertanyaan yang bikin penasaran:


Apakah manusia benar-benar bisa berada dalam dua keadaan pikiran sekaligus?


Siapkan diri Anda, karena jawabannya adalah "ya"… dan "agak rumit" tapi dengan cara yang sangat keren!


Otak Anda Bukan Mesin Satu Jalur


Dulu, banyak orang mengira otak manusia hanya bisa beroperasi dalam satu mode dominan pada satu waktu. Seolah-olah ada satu sorotan cahaya yang hanya fokus pada satu perasaan atau tugas tertentu. Tapi ternyata, cara kerja otak jauh lebih kompleks dari itu.


Penelitian modern menggunakan teknologi fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging) menunjukkan bahwa otak kita bisa aktif di beberapa area sekaligus, terutama saat kita mengalami emosi atau proses berpikir yang rumit. Artinya, otak tidak bekerja seperti satu lampu sorot, melainkan seperti panggung besar dengan banyak lampu yang menyala bersamaan, masing-masing menyorot bagian emosi dan pikiran yang berbeda.


Jaringan Multi-Tugas di Dalam Otak


Mari kita kenalan dengan dua jaringan utama yang mengatur aktivitas otak kita:


- Default Mode Network (DMN): Jaringan ini aktif saat Anda melamun, merenung, atau berpikir tentang diri sendiri.


- Executive Control Network (ECN): Berfungsi ketika Anda fokus memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau mengerjakan sesuatu dengan penuh konsentrasi.


Menurut riset yang diterbitkan dalam Nature Reviews Neuroscience pada tahun 2021, kedua jaringan ini tidak selalu saling bertentangan. Mereka bisa beroperasi bersamaan, terutama saat kita sedang menghadapi situasi emosional atau berpikir mendalam.


Bayangkan ketika Anda membaca novel yang menyentuh hati sambil menikmati secangkir kopi hangat, otak Anda sedang mengaktifkan sistem emosional (DMN) dan sistem logis (ECN) secara bersamaan. Itulah sebabnya Anda bisa merasakan emosi dan berpikir rasional dalam waktu yang sama. Kombinasi keduanya membuat pengalaman hidup terasa kaya dan penuh makna.


Ambivalensi Emosional: Bukti Bahwa Perasaan Bisa Campur Aduk


Pernah merasa bangga atas keputusan Anda, tapi di saat yang sama juga menyesal? Itu bukan mood swing. Dalam dunia psikologi, kondisi itu disebut ambivalensi emosional—yaitu ketika seseorang merasakan dua emosi yang bertentangan secara bersamaan terhadap hal yang sama.


Penelitian dalam Nature Communications tahun 2019 menemukan bahwa saat seseorang mengalami emosi campuran, terjadi peningkatan konektivitas antara amigdala (bagian otak yang memproses emosi) dan korteks prefrontal (bagian otak yang mengatur logika dan pengambilan keputusan).


Artinya, otak secara aktif memproses dua hal sekaligus, emosi dan logika secara bersamaan. Ini bukan kelemahan, justru merupakan kemampuan adaptif yang membuat manusia bisa menghadapi situasi kompleks dengan bijak.


Jadi, ketika seseorang menilai Anda "terlalu emosional" atau "terlalu rasional", jangan khawatir. Itu hanyalah otak Anda yang sedang bekerja luar biasa untuk menyeimbangkan dua sisi penting kehidupan, perasaan dan pikiran.


Apakah Kita Bisa Fokus pada Dua Hal Sekaligus?


Nah, di sinilah bagian menariknya. Meskipun otak mampu merasakan dua emosi berbeda secara bersamaan, ia kesulitan melakukan dua tugas berat sekaligus secara sadar.


Yang sebenarnya terjadi adalah otak kita berpindah fokus dengan sangat cepat, bukan benar-benar multitasking, melainkan switching task. Akibatnya, kemampuan kita menurun, kesalahan meningkat, dan energi mental cepat terkuras.


Namun, kabar baiknya, latihan seperti mindfulness dan meditasi dapat membantu otak melatih bentuk kesadaran ganda. Penelitian dari University of Wisconsin menunjukkan bahwa praktisi meditasi berpengalaman mampu mempertahankan kesadaran terhadap napas sambil mengamati pikiran mereka tanpa kehilangan fokus. Ini membuktikan bahwa otak bisa dilatih untuk mempertahankan dua bentuk perhatian, walau tidak sama dengan mengerjakan dua hal kompleks secara bersamaan.


Jadi, Apa Kesimpulannya?


Ya, Lykkers… otak manusia memang bisa berada di dua keadaan pikiran sekaligus.


Bukan karena kita "bingung" atau "tidak fokus", tapi karena otak diciptakan untuk beroperasi layaknya orkestra, banyak instrumen yang bermain bersamaan, menciptakan harmoni yang indah.


Ambivalensi emosional, kesadaran ganda, dan perasaan campur aduk bukan tanda kelemahan, melainkan bukti betapa luar biasanya kemampuan otak kita untuk memahami dunia yang penuh warna ini.


Jadi, lain kali Anda merasa bahagia sekaligus sedih, atau tenang namun waspada jangan bingung. Itu hanyalah otak Anda menunjukkan betapa menakjubkannya cara ia bekerja.